Rabu, 07 Maret 2012

TARI ADAT "SAMANG BEGAYUT"


TARI ADAT “SAMANG BEGAYUT”
Oleh : Seem R. Canggu.SE.MM.


Dari Wikipedia Bahasa Indonesia, Tari adalah gerakan tubuh secara berirama yang dilakukan pada tempat dan waktu tertentu, untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud dan pikiran. Bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari, mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan.


Tari yang akan dibahas disini terbatas pada tari adat “SAMANG BEGAYUT” yang hanya ada di Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Lampung. Secara harfiah pengertian Samang Begayut adalah Siamang binatang berbulu yang suka bergelayutan di pepohonan dengan suaranya yang khas dan nyaring.
  
A.   Kedudukan Tari “Samang Begayut”.
Tari adat “Samang Begayut” merupakan tari kebesaran/keagungan Kerajaan dan khusus bagi “Sai Batin”/Sultan di Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, dengan demikian tarian ini mempunyai kedudukan yang sama dengan Tanduan Agung atau “Aban Gemisikh” sebutan untuk perangkat adat yang merefleksikan keberadaan awan yang dalam riwayat senantiasa memayungi Rasulullah SAW. Perangkat-perangkat adat tersebut sepenuhnya menjadi hak “Sai Batin”, dengan kata lain hanya boleh digunakan untuk “Sai Batin” atau atas izin “Sai Batin”

Tari ini merupakan Pusaka lama yang sudah ada sejak zaman kejayaan Kerajaan Sekala Brak kuno, tetapi pada saat pendudukan oleh Kolonial Belanda seluruh prosesi adat dilarang dibumi Sekala Brak, sehingga tari ini sempat menghilang dan lama tidak ditampilkan.
Menurut catatan sejarah di "Gedung Dalom"/keraton/istana Kepaksian Pernong, pada masa “Kesaibatinan” Pangeran Ringgau Gelar Pangeran Batin Pasirah Purbajaya Bindung Langit Alam Benggala (1852)  atas jasa Beliau menyelesaikan konflik di Rejang Lebong dan Pasemah Lebar, Kepaksian Pernong dianugerahi oleh Ratu Wihelmina Sandang Merdeka yaitu diberi kemerdekaan berupa bebas dari pajak bumi dan kerja gawe selama 15 tahun.
Saat prosesi penganugerahan Sandang Merdeka oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda kepada Pangeran Ringgau, tari adat “Samang Begayut” di tampilkan, dan peristiwa tersebut menjadi titik awal penggunaan kembali tari adat "Samang Begayut".

Menurut H.Ibnu Hadjar Gelar Raja Sempurna, tari ini hanya dipakai pada prosesi adat “Lapahan Sai Batin”/arak-arakan Agung. Seluruh peralatan termasuk para pemegang peralatan yang dipakai dalam Prosesi arak-arakan Agung tersebut, “BEGAYUT” pada kibasan pedang tarian ini,
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkankan bahwa tari adat “Samang Begayut” merupakan tarian yang mengawali dan mengakhiri langkah “Sai Batin” dalam prosesi adat “Lapahan Sai Batin”

B. Perubahan Nama dan Penambahan Fungsi.
Tari ini dulunya dikenal dengan nama Tari Pedang Siputuk Liyu, namun sejak tahun 1989 yaitu ketika pertamakalinya Peniakan Dalom Beliau Pangeran Edward Syah Pernong, Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan ke-XXIII dan Permaisuri pulang ke bumi Sekala Brak, setelah penobatan dan untuk pertamakalinya pula beliau disambut dengan tarian ini, beliau sangat terkesan dengan pekikan "Samang Begayuuuuut" dari pendekar Alian yang pada saat itu menarikan tarian ini, dan masyarakat kebanyakan menyebutnya tari ini dengan tari "samang Begayut" sehingga beliau pun menyebut tari ini dengan Tari Adat "Samang Begayut", dan pada saat itu dengan bijaknya  beliau mengatakan bahwa  tarian ini selain khusus untuk "Sai Batin" Paksi Pak Sekala Brak, atas izin "Sai Batin" boleh juga digunakan untuk menyambut "Sai Batin" Marga/Sultan/Raja dari Kerajaan lain, namun dengan syarat menggunakan pedang yang berbeda seperti pedang Istambul atau pedang lainnya sesuai petunjuk "Sai Batin".

Tari Adat "SAMANG BEGAYUT" dengan Pedang Siputuk Liyu dihadapan "Sai Batin" Paksi
Tari Adat "SAMANG BEGAYUT" dengan Pedang Istambul dihadapan "Sai Batin" Marga

C.   Peralatan Tari.
Tari adat “Samang Begayut” hanya dimainkan oleh satu orang penari berjenis kelamin laki-laki yang merupakan Pendekar Utama dimasing-masing Kepaksian dengan perangkatnya meliputi :
1.    Pakaian serba hitam dengan mengenakan ikat kepala.
2.    Satu buah pedang dengan ketentuan bahwa :
2.1.       Apabila yang melakukan perjalanan adat adalah “Sai Batin” Paksi Pak Sekala Brak, dalam hal ini “Peniakan Dalom Beliau” demikian sebutan untuk Yang Mulia Sultan, hadir langsung tanpa berwakil, maka pedang yang digunakan oleh penari adalah Pedang Siputuk Liyu yaitu pedang pusaka yang usianya lebih dari 500 tahun.
2.2.       Apabila yang melakukan perjalanan adat adalah utusan “Sai Batin” Paksi Pak Sekala Brak dalam hal ini “Peniakan Dalom Beliau” tidak hadir secara fisik atau dalam rangka menyambut “Sai Batin” Marga/Sultan/Raja dari kerajaan lain, maka pedang yang digunakan oleh penari adalah Pedang Istambul atau pedang lainnya sesuai petunjuk “Sai Batin”.
3.    Vocal atau suara Penari yang meneriakkan yel-yel dengan suara nyaring dalam bahasa Melayu : 
     Teriakan pertama : Raja Sekala Brak membawa tongkat
          Teriakan lanjutan : Raja Sekala Brak Membawa Adat. 
       Teriakan terakhir : Samang Begayuuuuuttt, bersamaan dengan jurus  bermain diatas “kiambang”/rumput air sejenis enceng gondok

D.   Waktu Penampilan Tari.
Sebagaimana telah di uraikan sebelumnya bahwa tari adat “Samang Begayut” mengawali dan mengakhiri langkah “Sai Batin”/Sultan dalam prosesi “Lapahan Sai Batin”/arak-arakan Agung, dengan demikian pada setiap prosesi “Lapahan Sai Batin”, tari ini ditampilkan dua kali yaitu :
1.   Pada saat “Sai Batin”/Sultan sudah berada dalam Tanduan Agung atau “Aban Gemisikh”, maka sebelum arak-arakan Agung bergerak terlebih dahulu diawali "cicca Hulu Balang Paksi" yaitu pernyataan kesiapan pengawalan "Sai Batin" dan dilanjutkan dengan tari adat “Samang Begayut”
2.   Pada saat arak-arakan Agung sudah tiba ditempat yang dituju, maka sebelum “Sai Batin”/Sultan keluar dari “Aban Gemisikh” atau sebelum Tanduan Agung diturunkan, harus terlebih dahulu dimainkan tari adat “Samang Begayut”
 
E.   Gerakan dan Keunikan tari.
Gerakan tarian ini sekilas terlihat menyerupai gerakan pencak pedang, tapi masih menurut H.Ibnu Hadjar Raja Sempurna,  perbedaan utama tarian ini dengan tari pencak pedang terletak pada saat dimulainya gerakan (“kelai”), gerakan tari adat “Samang Begayut” dimulai dari kiri ke kanan, sedangkan pencak pedang sebaliknya yaitu dimulai dari kanan ke kiri dan gerakan akhir dari tari adat “samang begayut” yaitu dengan menancapkan ujung pedang kebumi dihadapan “Sai Batin”/Sultan.  
Keunikan dari tarian ini, karena terkadang penari seakan-akan menirukan gaya seekor siamang, selain itu tarian ini tidak diiringi oleh musik pengiring, karena semua musik dan perangkat arak-arakan Agung ketika menjelang keberangkatan, baru boleh dimainkan setelah tari adat ini selesai.

E.   Pelestarian.
Kondisi riil saat ini tari adat “Samang Begayut”,  hanya kita saksi kan dalam perhelatan adat Kepaksian Pernong yaitu salah satu Paksi dari empat Kepaksian di Sekala Brak, hal ini sangat mungkin dipengaruhi oleh larangan Kolonial Belanda pada zaman dahulu.
Mengingat tarian ini hak mutlak dari “Sai Batin” di Paksi Pak Sekala Brak dan mempunyai kedudukan yang tinggi dalam adat, betapa indahnya bila tarian ini mulai dilestarikan disemua Paksi pada Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak.
Semoga.

Tabik pun ngalim pukha, kantu ya kena dinyalahan, sikindua kilu mahap (SRC)

Catatan : poto adalah koleksi Eka Fendi Aspara.

1 komentar: