Selasa, 14 Februari 2012

RUMAH ETNIS LAMPUNG

RUMAH ETNIS LAMPUNG
Oleh : Seem R. Canggu, SE.MM.

Etnis Lampung dalam tata nilai budayanya terbagi dalam dua sistim adat yaitu 
"SAI BATIN" dan "PEPADUN". 
Rumah oleh komunitas adat "Sai Batin" disebut "LAMBAN" sedangkan oleh komunitas adat "Pepadun" disebut "NUWO" atau “NUWA”


Rumah Tradisionil Lampung di Pekon Kenali poto : Aspara
Rumah orang Lampung biasanya didirikan di dekat sungai atau mata air dan berjajar rapi di sepanjang jalan utama yang membelah kampung yang dalam bahasa Lampung disebut “pekon/tiyuh”, dengan halaman yang luas, sehingga perkampungan orang Lampung merupakan perkampungan yang tertata dan asri.
Penyusunan posisi bangunan rumahnya mempertimbangkan “jujjokh/akad tindih” yaitu hirarki, biasanya apabila rumah kakak beradik akan didirikan bersebelahan, maka rumah untuk anak tertua didirikan menghadap atau mengarah ke matahari terbit, karena merupakan suatu pantangan bagi orang Lampung apabila rumah anak tertua ditutupi oleh rumah adiknya, demikian juga untuk seseorang yang kedudukan adatnya lebih tinggi di dalam satu kelompok adat (“jukku/kebu”) rumahnya dibangun mengarah ke matahari terbit baru kemudian disebelahnya diikuti oleh rumah-rumah yang lainnya sesuai hirarki.
Beranda "Lamban Ugokhan Batin" diselimuti embun pagi, Ukirannya melambangkan "Lalangsi" yang merupakan salah satu perangkat dandanan keagungan "Sai Batin" yang terpasang di rumah, sementara burung menurut Budhi Martha Utama si juru poto merupakan perlambang kehidupan

A.   Arsitektur Rumah Etnis Lampung.

Rumah-rumah di wilayah Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak  yaitu Kepaksian PERNONG, Kepaksian BELUNGUH, Kepaksian BEJALAN DIWAY dan Kepaksian NYERUPA, (baca sekilas Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak di blog ini) terdiri dari rumah panggung, terbuat dari kayu beratap ijuk, dan tiap-tiap tiangnya dialas dengan batu putih bersusun tiga seperti tungku, sebagaimana yang terdapat pada gambar rumah tradisionil di pekon Kenali, sehingga elastis pada saat digoyang gempa,  namun dalam perkembangannya atap ijuk hampir tidak ditemukan lagi dan dengan mempertimbangkan curah hujan yang tinggi serta semakin terbatasnya bahan baku ijuk, maka kebanyakan berubah menjadi atap seng yang bahannya mudah ditemukan di pasaran dan relatif tahan terhadap curah hujan.
Menurut “wawarahan” cerita yang diceritakan secara turun temurun dibuatnya rumah panggung dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain :
1.   Pada zaman dahulu masih banyak binatang buas, sehingga apabila rumah tinggal dibuat tinggi, akan relatif lebih aman dari serangan binatang buas.
2.  Karena kondisi alam Bumi Sekala Brak yang bersuhu dingin, sehingga dengan rumah tinggi akan mengurangi kedinginan yang besumber dari tanah.

Arsitekturnya disebut “Lamban Pesagi” karena rumahnya berbentuk persegi empat dan tinggi, serta karena terbuat dari kayu sehingga terbukti tahan gempa dan arsitektur rumah di Sekala Brak ini dijadikan rujukan bagi hampir seluruh bangunan di Provinsi Lampung.

B.   Fungsi/Kedudukan Rumah.

Rumah yang merupakan istana/Keraton bagi sang Sultan disebut "GEDUNG DALOM". sedangkan rumah bagi para Pemimpin Suku/Kebu yang disebut "Raja Suku/Raja Jukkuan" dianugerahi nama oleh Yang Mulia Sultan (“Sai Batin”) bersamaan dengan penganugerahan gelar/”adok” Raja untuk pertamakalinya contoh : Ibnu Hajar diangerahi Gelar Raja Sempurna  dan rumahnya di beri nama “Sukamarga” maka nama rumah tersebut akan terus dipakai secara turun temurun oleh Raja keturunan dari Raja Sempurna.

Pada setiap Kepaksian terdapat kelompok Jukkuan yang mengelola segala kegiatan di "Gedung Dalom" disebut "KAPPUNG BATIN" Kelompok tersebut mempunyai tugas khusus yang meliputi :
1.  Menerima perintah "Sai Batin" baik yang langsung disampaikan oleh Yang Mulia Sultan maupun yang disampaikan melalui "Pemapah Dalom" (semacam Perdana Menteri).
2.  Menampung saran, permohonan atau laporan dari "Jukkuan Paksi" (Raja Suku) untuk disampaikan kepada "Sai Batin".
Jumlah "Lamban di Kappung Batin" disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Paksi, khusus di Kepaksian Pernong, "Kappung Batin" terdiri dari delapan "Lamban" yaitu "Lamban Kekhatun, Lamban Bandung, Lamban Pakuwon, Lamban Angkat Jaman, Lamban Gajah Minga, Lamban Kagungan, Lamban Balak dan Lamban Sukamarga"

C.   Eksistensi Rumah Etnis Lampung.

"Lamban Ugokhan Batin" Pekon Canggu Kepaksian Pernong 
"Lamban Ugokhan Batin" yang ada dalam poto merupakan bentuk umum rumah komunitas adat "Sai Batin" yang terdiri dari "BERANDA" yaitu ruang terbuka depan, lalu dilengkapi dengan "LAPANG LUAKH" yaitu ruang tamu, "LAPANG LOM" adalah ruang keluarga, "SEKHUDU" merupakan ruangan bagian belakang yang diperuntukkan bagi ibu-ibu, dan "BILIK KEBIK" yaitu kamar Utama serta "TEBELAYAKH" sebutan untuk kamar kedua, umumnya rumah adat hanya terdiri dari dua kamar.


Pintu depan dari rumah adat disebut "khangok sang Raja mulang" sedangkan pintu kamar utama disebut "khangok Kebik", pintu kamar kedua disebut "khangok Dayang Pemapah" dan pintu belakang disebut "khangok Dadakhi Mandi"

"Cagak Lamban Ugokhan Batin"
Rumah seperti ini dapat di jumpai di perkampungan komunitas adat "SAI BATIN" yang tersebar di berbagai "Pekon"/Desa di Bumi Lampung Barat Sai Betik, Negeri asal Sai Batin, bisa disaksikan disepanjang jalan di Kecamatan Belalau, Batu Brak, Balik Bukit dan Sukau, dan di Kabupaten Tanggamus, masih terdapat di Kecamatan Talang Padang, Kota Agung, Wonosobo dan Semaka, serta di Bandar Lampung, ada di Negeri Olok Gading Kecamatan Telukbetung Barat, sedangkan pada komunitas adat "PEPADUN" masih bisa di jumpai di Labuhan Maringgai.

"Cagak" yang berbentuk kayu hakha merupakan ornament yang umumnya tepasang pada sudut rumah bagian luar, terdiri dari empat lekuk, demikian juga bola-bola sebanyak empat buah, dan semua jenis ukiran yang terdapat pada "cagak" tersebut serba empat, hal tersebut melambangkan keberadaan Paksi Pak (Empat Kepaksian) Sekala Brak, yang maksudnya menunjukkan tingkat peradaban yang tinggi. (SRC)

Contoh perabot rumah adat Lampung



Senin, 13 Februari 2012

SEEM CANGGU & HUT BANK LAMPUNG

SEEM CANGGU & HUT BANK LAMPUNG

Pada setiap memasuki tahun baru, segenap insan Bank Lampung dihadapkan dengan bejibun kesibukan, antara lain karena baru saja menyelesaikan tutup tahun buku dan menyiapkan implementasi Rencana Bisnis Bank serta peringatan hari ulang tahun Bank Lampung, mengingat Bank Lampung didirikan pada tanggal 31 Januari 1966. 


SEEM CANGGU
Dalam butir ke-8 Prilaku Budaya Perusahaan Bank Lampung disebutkan bahwa : Setiap Pegawai dituntut selalu peduli dan tanggap atas masalah-masalah yang ada.
Sebagai salah satu insan Bank Lampung tentu saja seorang SEEM CANGGU sama dengan pegawai lainnya dituntut untuk peduli dan tanggap, sehingga pada bulan januari 2012 yang merupakan peringatan HUT ke-46 Bank Lampung volume kegiatan sedikit meningkat, berikut beberapa moment yang terekam oleh kamera poto rekan DODY, INDRAPATI, FAUZI dan SURYO :

Seem Canggu Menyiapkan Upacara Pembukaan
Ketika embun belum lagi beranjak pergi dan masih betah bertahta didedaunan, pada pagi hari Sabtu, tanggal 21 Januari 2012 di halaman Gedung Kantor Pusat Bank Lampung jalan Wolter Monginsidi No.182 Telukbetung Bandar Lampung telah nampak kesibukan, hari itu segenap insan Bank Lampung  dari Krui sampai Jakarta  yang berjumlah lebih dari 700 orang telah berkumpul untuk mengikuti upacara pembukaan dimulainya kegiatan memperingati HUT ke-46 Bank Lampung semuanya mengenakan pakaian batik Lampung dengan berbagai corak dan warna.
Seem Canggu menyiapkan pengucapan Yel-yel

Dalam rangkaian acara pembukaan kegiatan ini, juga dilakukan pencanangan dimulainya pelaksanaan Service dan Budaya yang ditandai pengucapan yel-yel yang langsung dipimpin oleh Direktur Utama Bank Lampung. Yel-yel yang dahsyat itu yalah :
Direktur Utama bertanya; BISA BERUBAH..???
Peserta Upacara menjawab; YES, YES, YES dengan bahasa tubuh semangat dan mengepalkan tangan kanan didepan dada
Direktur Utama bertanya; BANK LAMPUNG..???
Peserta Upacara menjawab; TERKEMUKA dengan bahasa tubuh semangat dan mengepalkan tangan kanan didepan dada
selain itu pada kesempatan yang sama, ditanda tangani komitment oleh Direksi Bank Lampung, pembacaan ikrar oleh segenap karyawan-karyawati yang dipandu oleh Pemimpin Divisi Pembinaan Cabang serta penyematan PIN SATU Bank Lampung (SATU = Senyum, Antusias, Tanggap, Untuk semua).


Seem Canggu Menyiapkan penyematan PIN SATU
Selesai Upacara, sambil menunggu rangkaian acara berikutnya, nampak karyawan-karyawati asyik mencari moment poto bersama, ada yang membawa tustel sendiri, ada yang sibuk memanggil juru poto dan yang paling banyak memanfaatkan kamera BlackBerry atau Hand phone, nampaknya jejaring sosial Facebook dan BlackBerry Messenger berpengaruh sangat signifikan terhadap perkembangan hobby poto memoto hehehe... bagus juga tuh untuk judul skripsi.

Personil Divisi Kepatuhan dan Hukum
Memeriahkan pernikahan massal
Acara dilanjutkan dengan pelaksanaan Nikah Massal yang diperakarsai oleh Ibu-ibu yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Bank Lampung (IKBL) terdapat 10 pasang pengantin yang berbahagia di hari itu, suasana nampak seperti resepsi yang sesungguhnya, karena Karyawan-karyawati bebusana batik dan dimeriahkan oleh Bank Lampung Entertainment (BLE) penampilan caca oleh IKBL dan Dance Caya-caya oleh korp Satpam serta paduan suara dari Bank Lampung Kantor Cabang Utama.
Tanggal 27 Januari 2011 kegiatan Gathering Night di Ballroom hotel Novotel Bandar Lampung didudukung oleh dua bintang Indonesia yaitu si jambul khatulistiwa SYAHRINI dan penyanyi legendaris VICTOR HUTABARAT.

Pagi itu, Seem, Fany, Fika dan Dody harus ikhlas tidak ikut senam bersama, karena ditugaskan menyambut kedatangan Victor Hutabarat dan Syahrini di Bandara Radin inten II, dari bandara rombongan menuju Graha Patimura untuk makan bersama lalu dilanjutkan dengan makan durian di bukit Sukadana ham.
Menyambut Victor Hutabarat dan Isteri di Bandara Radin Inten II
Menyambut si Jambul khatulistiwa Syahrini di Bandara Radin Inten II
Alhamdulillah yaaa dan Seem Canggu
keluar dari ruang VVIP Bandara Radin Inten II
Seem Canggu bersama Aisyah sang Manager dan
Syahrini sesuatu banget
Syamsu Rizal Direktur Utama Batik Hijau dan Devi Liza Direktur Operasional Batik coklat di Graha Patimura

Jum'at sore itu kota Bandar Lampung diguyur hujan, udara yang tadinya panas berubah menjadi sejuk, angin sepoi lembut menyapa seakan seirama dengan harmoni indahnya suasana hati sebagian panitia dan para undangan yang akan hadir dalam malam kebersamaan, satu dua panitia mulai berdatangan, petugas penyambut tamu bejajar di depan Ballroom nan megah, sesekali protokol para Pemegang Saham berkoordinasi tentang posisi duduk sang Bos.
Seem Canggu dan Para USHER siap melaksanakan tugas di pintu masuk ballroom

Seem Canmggu bersama Menteri Keuangan Panitia dan Bang Victor
Direktur Utama Bank Lampung Bapak Syamsu Rizal tampil dengan gayanya yang khas menyampaikan sambutan, sesekali dihadiahi tepuk tangan meriah oleh para hadirin, disusul tampilnya Victor Hutabarat yang mampu menyihir segenap penonton dengan kemampuan olah vocalnya yang tiada banding, lalu ditutup dengan suguhan indah dari artis yang ngetop dengan "Sesuatu banget" Syahrini, terlebih ketika sang artis mendaulat Rycko Menoza  Bupati Lampung Selatan untuk tampil bersama, nampak sekali sang Bupati nervous  dan tersipu malu saat mendapat hadiah cipika cipiki dari Syahrini.


DEVI LIZA sang Direktur, FANY sang penyemangat, RANI sang Menkeu, satunya Ajudan

Kabut disebermula fajar hari Sabtu, 28 Januari 2012 padang golf Sukarame sudah ramai oleh panitia dan para golfer yang akan mengikuti open tournament HUT ke-46 Bank Lampung, Seem satu pairing dengan Bos Asep dari Sarana Lindung Upaya dan Bos Hendra dari Lintas Artha, bersama dengan 150 an golfer lainnya mengikuti tournament tersebut.
Seem Canggu  Tee off di hole 17 padang golf Sukarame

Ketika pertandingan usai, seperti biasanya dilanjutkan dengan pengumuman pemenang, pembagian door prize dan moment tersebut dimanfaatkan pula untuk melakukan lounching penggunaan Mobil ATM Bank Lampung yang merupakan mobil ATM pertama di Sumatera.
dari kiri kekanan SEEM CANGGU , ASEP dan HENDRA
menyusuri Fairway padang golf Sukarame

ekspresi Seem Canggu memandu undian door prize
dengan latar Mobil ATM Bank Lampung

Sekda Lampung Ir.Berlian Tihang MM. mengundi satu unit BalckBerry Dacota

Hari itu, selasa tanggal 31 Januari 2012, di Kantor Pusat Bank Lampung  diadakan upacara bendera Peringatan HUT ke-46 Bank Lampung, tentu saja persiapan dilakukan sejak pagi hari. seusai upacara yang khidmat itu dilanjutkan dengan penarikan undian tabungan Siger Mas bertempat di ruang serba guna lantai-4 gedung Bank Lampung Kantor Pusat.
Upacara Bendera HUT ke-46 Bank Lampung, 31 Januari 2012

Jayalah Bank Lampung demi sejahteranya masyarakat Lampung.

Seem Canggu Menyaksikan undian Tabungan
Siger Mas


Selasa, 07 Februari 2012

Sekilas SEKALA BRAK

Sekilas Kerajaan PAKSI PAK SEKALA BRAK
oleh : Seem R. Canggu, SE.MM.


Kerajaan Adat “Paksi Pak Sekala Brak” yang terdiri dari Kepaksian Pernong dengan ibu negeri Hanibung di Batu Brak sekarang, Kepaksian Belunguh dengan ibu negeri Tanjung Menang di Kenali sekarang, Kepaksian Bejalan Diway dengan ibu negeri Puncak di Kembahang sekarang dan Kepaksian Nyerupa dengan ibu negeri Tampak Siring di Sukau sekarang, terletak di "tanoh unggak/lambung " yang dalam bahasa Indonesia berarti dataran tinggi, karena berada di dataran tinggi Pesagi yang merupakan gunung tertinggi di Provinsi Lampung, diyakini sebagian terbesar masyarakat Lampung sebagai asal usul suku bangsa Lampung



salah satu keindahan & kemakmuran bumi Sekala Brak
Wilayah Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, saat ini secara administrasi masuk dalam wilayah Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung, diapit oleh tiga gunung yaitu Gunung Pesagi, Gunung Seminung dan Gunung Tanggamus, berada pada kawasan yang sangat strategis karena tepat di segi tiga perbatasan Lampung, Sumatera Selatan dan Bengkulu, disana mengalir sungai-sungai, terdapat hamparan sawah dan ladang nan subur pertanda kemakmuran, dihiasi dengan bentangan pantai nan indah serta deburan ombak yang mendebarkan dan dilengkapi dengan eloknya riak air danau ranau dengan hawa pegunungan nan sejuk yang semakin menampakkan kedamaian, laksana sepenggal taman surga yang diturunkan oleh Allah ke bumi, serta dihuni oleh masyarakatnya yang rukun dan damai  serta senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian dan norma-norma kehidupan, maka lengkaplah keagungan Kerajaan ini.
Pada abad ke-9 para Sai Batin di Sekala Brak telah berhasil menciptakan dan menggunakan aksara tersendiri yang dikenal dengan sebutan Had Lampung.

A.      Sekala Brak asal usul Orang Lampung.
Kerajaan Sekala Brak dianggap sebagai symbol peradaban, kebudayaan dan eksistensi Orang Lampung, Penyebutan Lampung berasal dari kata “Anjak Lambung” yang artinya dari dataran tinggi yakni lereng gunung pesagi yang merupakan gunung tertinggi di Lampung.
Ada beberapa teori tentang etimologi Sekala Brak, Pertama Sekala Bhra yang dimaknai sebagai Titisan Dewa, terkait dengan Sekala Brak Hindu, Kedua Segara Brak yang berarti genangan air yang luas, yaitu danau Ranau yang merupakan bagian dari wilayah Kerajaan dan terletak tidak jauh dari Pusat Kerajaan Sekala Brak, kemudian yang ketiga Sekala Brak (Beghak) yang berarti Titisan Yang Mulia.
Beberapa kajian yang dilakukan oleh sejumlah sejarawan Belanda antara lain Groenevelet, L.C.Westermenk dan Hellfich, secara umum mengarah pada persamaan persepsi yaitu bahwa Sekala Brak merupakan daerah asal usul orang Lampung.
Pengelana dari Cina, I Tsing (635 – 713) pernah berada di Jambi dan konon pernah menetap di Sriwijaya selama 10 tahun (685 – 695). Dalam perjalanan itu menyebut “To Lang Pohwang” yang diduga berasal dari bahasa Hokian yang berarti “orang atas” atau “orang-orang yang berada diatas”.  I Tsing mungkin menunjuk orang-orang yang tinggal di lereng Gunung Pesagi atau Suku Tumi.
Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-XXIII duduk di singgasana dan diapit Pusaka
Wiliam Marsden melalui sejarah Sumatera, terbit pertama kali pada tahun 1779 dengan judul The History Of Sumatera, beberapa kali diterbitkan ulang, pada tahun 2008 terbit dalam versi Bahasa Indonesia, menulis bahwa apabila orang Lampung ditanya tentang dari mana mereka berasal, maka mereka menjawab dari dataran tinggi dan menunjuk kearah gunung yang tinggi serta sebuah danau yang luas (Marsden, 2008). Gunung dan danau yang dimaksud adalah gunung Pesagi dan danau Ranau. 

Prasasti Hujung Langit (Hara Kuning) bertarikh 9 Margasira 919 Caka yang di temukan di Bunuk Tenuar Liwa terpahat nama raja di daerah Lampung. Prasasti ini terkait dengan Kerajaan Sekala Brak kuno yang masih dikuasai oleh Buay Tumi.
Prof. Dr Louis-Charles Damais dalam buku Epigrafi dan Sejarah Nusantara yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta, 1995, halaman 26-45, diketahui bahwa nama Raja yang  tercantum pada Prasasti Hujung Langit adalah Baginda Sri Haridewa.
Suku Tumi memeluk agama Hindu Bairawa, mereka mengagungkan “Belasa Kepampang” sebuah pohon keramat  bercabang dua yang terdiri dari cabang nangka dan cabang sebukau (kayu bergetah), konon bila menyentuh getah cabang sebukau orang bisa terkena penyakit kulit, namun penyakit tersebut dapat segera disembuhkan dengan getah cabang nangka yang terdapat dipohon itu. Kepercayaan ini tidak hanya di terima di Sekala Brak tetapi juga di daerah-daerah lain di sepanjang aliran Way Komring, Way Semangka, Way Sekampung, Way Seputih, Way Tulang Bawang, Way Umpu, Way Rarem dan Way Besai (Teguh Prasetyo, 2005)

Ketika Pemerintahan Islam menguasai Sekala Brak, pohon “Belasa Kepampang” ditebang dan kayunya dipergunakan untuk membuat “Pepadun”. “Pepadun” adalah singgasana Raja yang hanya boleh digunakan atau diduduki pada saat penobatan Sultan Sekala Brak beserta keturunannya.
Tumbangnya pohon “Belasa Kepampang” menandai runtuhnya kekuasaan suku Tumi sekaligus musnahnya aliran animisme di bumi Sekala Brak.
Terdapat bebrapa makna filosofis yang terkandung dalam kata “Pepadun” yaitu:


1.  Pepadun merupakan perpaduan dari dua jenis kayu yaitu kayu melasa dan kayu sebukau sebagai bahan asli dari singgasana pepadun
2. Pepadun dimaknai sebagai perpaduan yang dimaksudkan kebersamaan dan keterpaduan dari empat Paksi di Paksi Pak Sekala Brak.
3. Pepadun dimaknai sebagai Papadun, yang maksudnya memadukan Pengesyahan atau Pengakuan masyarakat terhadap sosok orang yang  duduk diatasnya sebagai Sultan/Raja berdaulat.
4.  Pepadun dimaknai sebagai Perpaduan, dalam arti bersatunya masyarakat ataupun rakyat, kerabat dibawah kedudukan dari Sultan sebagai Raja yang berdaulat
5.  Pepadun dimaknai sebagai Peaduan, yang maksudnya tempat mengadukan segala persoalan, maka orang yang duduk diatasnya berwenang memberikan keputusan terhadap perkara-perkara yang diadukan.

B.      Sekala Brak pada Zaman Islam (Masa Kepaksian).
Sebagaimana diriwayatkan dalam “Tambo” bahwa masuknya ajaran Islam di bumi Sekala Brak dibawa oleh Umpu  Ngegalang Paksi beserta empat putra yang berasal dari Kerajaan Pasai, para Umpu tersebut dibantu oleh seorang Pumudi yang berjuluk Si Bulan (Putri Bulan) diperkirakan bernama asli Indrawati, dan merupakan  leluhur orang Tulang Bawang (Karzi, 2007)
Adapun nama empat Putra yang bersama Umpu Penggalang Paksi tersebut adalah : Umpu Pernong, Umpu Belunguh, Umpu Bejalan Diway, Umpu Nyerupa 

Umpu berasal dari kata “Ampu” sebutan bagi anak Raja di Kerajaan Pagaruyung yaitu Kerajaan yang didirikan oleh Adityawarman pada tahun 1347 merupakan Kerajaan Hindu yang kemudian beralih ke Islam, dan setelah beralih ke Islam nama kerajaan berubah menjadi Kesultanan.

Naskah kuno Kuntara Raja Niti menyebut Umpu Belunguh, Umpu Pernong, Umpu Bejalan Diway dan Umpu Nyerupa dengan nama yang berbeda yakni masing-masing Belunguh, Pak Lang, Inder Gajah dan Sikin (Ali Imron, 1991). Oleh keempat penguasa baru tersebut wilayah Sekala Brak dibagi, masing-masing memiliki Wilayah, Rakyat dan Adat Istiadatnya sendiri serta memiliki kedudukan yang sama dan saling menghormati, sementara Putri Bulan yang membantu para Umpu diberi wilayah Cenggikhing Way Nekhima, tapi karena Putri Bulan memutuskan tidak tinggal di Sekala Brak, maka Cenggikhing Way Nekhima dimasukkan kedalam wilayah Kepaksian Pernong.
Untuk menghindari perselisihan diantara empat Kepaksian tersebut, maka atas kesepakatan bersama “Pepadun” yang dibuat dari pohon “Belasa Kepampang” dititipkan kepada Sinyata yang berkedudukan di Pekon Luas, apabila salah satu dari empat kepaksian memerlukan “Pepadun” untuk penobatan, dapat mengambilnya di Sinyata dan setelah selesai harus dikembalikan lagi.
Dalam perjalanan waktu, perselisihan justeru terjadi pada keturunan Sinyata, pada tahun 1939 sejumlah keturunan memperebutkan hak menyimpan Pepadun tersebut, maka atas kesepakatan kerapatan adat dengan persetujuan empat Paksi Sekala Brak dan diketahui oleh Residen yang mewakil Pemerintah Kolonial Belanda, diputuskan bahwa sebelum ada keputusan tentang hal itu, untuk sementara “Pepadun” disimpan oleh keturunan langsung dari Umpu Belunguh, dan sampai saat tulisan ini dibuat “Pepadun” tersebut masih tersimpan di “Gedung Dalom” Kepaksian Belunguh di Pekon Kenali.

Gedung Dalom Kepaksian Pernong, salah satu dari 4 Gedung Dalom di Paksi Pak
Drs. Pangeran Edward Syah Pernong, SH.MH. menerima sembah
C.      Kerajaan Sekala Brak Masa Kini.
Kerajaan Sekala Brak, lestari hingga kini, namun sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Kerajaan tidak lagi memegang tampuk Pemerintahan, Sekala Brak menjelma menjadi Kerajaan Adat dengan sebutan Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, dan bernaung dalam NKRI. Batas-batas wilayah kerajaannya masih sangat jelas, "Gedung Dalom" sebutan untuk Keraton/Istana masih berdiri tegak dengan agungnya, “Pemanohan”/pusaka terpelihara,  Lambang masing-masing Kepaksian tetap terjaga, Pucuk Pimpinan yaitu “Sai Batin” tetap eksis, struktur pemerintahan adat baik di "Gedung Dalom" maupun di "Pekon-pekon" (desa-desa) masih lengkap, dan yang terpenting pengakuan, pengabdian dan kesetiaan dari masyarakat adatnya tetap utuh bahkan sangat baik, hal ini dibuktikan dengan "iyukh sumbai" *) dan tidak ada seorangpun anggota masyarakat adat yang tidak jelas identitasnya, hubungan setiap komunitas adatnya dengan "Gedung Dalom" bisa ditelusuri dengan baik dan jelas.

Masing-masing Paksi dipimpin oleh “Sai Batin” yang bergelar Sultan dan sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa ke-empat “Sai Batin”/Sultan di Paksi Pak Sekala Brak mempunyai derajat yang sama dan saling menghormati, sehingga terjagalah keharmonisan diantara mereka. 
“Sai Batin” dimaknai sebagai Satu Orang Pemilik :
1. "Sai Batin Kedau Adat " / pemilik adat
2. "Sai Batin kedau Harkat" / pemilik harkat
3. "Sai Batin kedau Derajat" / pemilik derajat
4. "Sai Batin kedau Rakyat" / pemilik rakyat
5. "Sai Batin kedau Pemanohan" / pemilik pusaka
6. "Sai Batin kedau Pepaduan" / pemilik singgasana
7. "Sai Batin kedau Bumi Keratuan" / pemilik wilayah kerajaan
8. "Sai Batin mejong dihejongan" / menduduki tahta

Gelar Sultan hanya untuk “Sai Batin” di Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, yang melekat pula pada gelar Sultan adalah Dalom, dan Pangeran khusus bagi Sultan Paksi Pak yang dahulu pernah mempunyai hubungan khusus dengan kerajaan Ingris, sedangkan Permaisuri “Sai Batin” bergelar Ratu. Kemudian untuk "Sai Batin" Marga/Kebandakhan bergelar Suntan/Suttan, Pangean atau Dalom, sedangkan dalam stratifikasi gelar yang berkaitan dengan jabatan (struktur) adat dalam masyarakat adat Paksi Pak Sekala Brak berturut-turut sebagai berikut :
SULTAN/PANGERAN/DALOM
RAJA/DEPATI
BATIN
RADIN
MINAK
KEMAS
MAS
“Turur”/panggilan kemuliaan bagi “Sai Batin”/Sultan adalah "Peniakan Dalom Beliau" namun dalam keseharian sering disingkat "Pun Beliau" atau "Pun".


Dengan penuh harap kiranya sidang pembaca, khususnya masyarakat adat Paksi Pak Sekala Brak untuk mulai membiasakan dengan bertutur lengkap "Peniakan Dalom Beliau" tanpa disingkat.
Paduka Yang Mulia para "Sai Batin" Paksi Pak Sekala Brak

Sai Batin” PAKSI PAK SEKALA BRAK :
Di bumi Sekala Brak, "Adok dan Tutur jadi kehangguman" **) karena "Adok dan Tutur" menunjukkan tingkat kebangsawanan seseorang, 
berikut "adok" para  “Sai Batin”  Paksi Pak Sekala Brak Saat ini :

Sai Batin Kepaksian PERNONG : 
Peniakan Dalom Beliau Drs.Pangeran EDWARD SYAH PERNONG,SH.MH. gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-XXIII bertahta di Gedung Dalom Batu Brak. (poto : baju merah)
Sai Batin Kepaksian BELUNGUH:
Peniakan Dalom Beliau YANUAR FIRMANSYAH gelar Sultan Junjungan Sakti, bertahta di Gedung Dalom Kenali. (poto : nomor dua dari kanan)
Sai Batin Kepaksian NYERUPA : 
Peniakan Dalom Beliau Drs.SALMAN PARSI gelar Sultan Pikulun Jayadiningrat, bertahta di Gedung Dalom Tampak Siring Sukau. (poto : nomor tiga dari kanan)
Sai Batin Kepaksian BEJALAN DIWAY : 
Peniakan Dalom Beliau SELAYAR AKBAR,SE.Ak gelar  Sultan Jaya Kesuma IV, bertahta di Gedung Dalom Puncak Dalom. (poto : paling kiri)

KIPRAH PAKSI PAK SEKALA BRAK DI KERAJAAN NUSANTARA :
Kiprah Kerajaan adat Paksi Pak Sekala Brak di Kerajaan Nusantara ditandai dengan bergabungnya Paksi Pak Sekala Brak dalam Forum Komunikasi dan Informasi Keraton Nusantara (FKIKN) serta Asosiasi Kerajaan dan Keraton Indonesia (AKKI) yang dalam hal ini Paksi Pak diwakili oleh Kepaksian Pernong dibawah naungan Paduka Yang Mulia Peniakan Dalom Beliau Drs.Pangeran Edward Syah Pernong, SH.MH. Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan ke-XXIII.

Catatan kegiatan Kerajaan Nusantara yang diikuti oleh Paksi Pak Sekala Brak antara lain :
Drs.Pangeran Edward Syah Pernong,SH.MH.
1.  Menghadiri Tingalan Dalem Jumenengan kedua ISKS Paku Buwono XIII di Keraton Surakarta Hadiningrat dan saat itu Peniakan Dalom Beliau  dianugerahi gelar Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Pangeran Edward Adi Kesumo Sailendro. (2006)
2. Mengikuti Festival Keraton Nusantara di Surakarta tahun 2006 dan Peniakan Dalom Beliau tampil sebagai pembicara Utama pada Seminar Keraton yang diselenggarakan pada saat itu dan pada acara jamuan makan malam oleh Sunan Paku Buwono XIII, Peniakan Dalom Beliau diminta menyampaikan Sambutan mewakili Raja dan Sultan se-Nusantara, salah satu yang hadir tentu saja Yang Mulia Hanggabehi selaku tuan rumah, diawal sambutan dengan tegas Peniakan Dalom Beliau Mengatakan : Yang Mulia ISKS Paku Buwono XIII sebagai Penguasa sah Keraton Surakarta Hadiningrat...dst...
Peristiwa tersebut oleh sebagian kalangan Keraton diartikan sebagai peristiwa kembalinya Ruh Agung Keraton Surakarta setelah sedikit redup karena adanya perebutan tahta. Selesai berbicara, Peniakan Dalom Beliau didatangi sejumlah pejabat istana dan sejumlah abdi dalem yang mengatakan bahwa pada waktu Peniakan Dalom Beliau datang dan berpidato ada angin bertiup agak kencang selama beberapa saat di dalam keraton tempat perhelatan itu, bahkan mereka mengatakan sebuah ramalan telah terjawab malam itu. Menurut ramalan yang diyakini, Sunan Paku Buwono suatu saat akan kedatangan ratu ganteng berkulit kuning dari arah Barat yang akan membantunya. Mereka menafsirkan bahwa Pangeran Edward Syah Pernong yang disebut-sebut dalam ramalan itu. (2006)
3.  Kedatangan Peniakan Dalom Beliau di Sulawesi Selatan yang berniat untuk berziarah di makam Syech Maulana Yusuf dan Sultan Hasanuddin disambut dengan keagungan adat dan diterima secara adat di Istana Raja Gowa Balla Lompoa. (Maret 2008)
4.  Menghadiri Festival Keraton Nusantara di Kerajaan Gowa dan pada saat itu Seem R. Canggu, Muhammad Harya Ramdhoni sang penulis buku Perempuan Penunggang harimau dan Rudi Pernong ditugaskan oleh Peniakan Dalom Beliau mengikuti pertemuan Agung yang diselenggarakan di puncak Malino Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.(2008)
5.  Mengikuti Dialog, Seminar dan pertemuan-pertemuan Agung lainnya yang diselenggarakan di Jakarta, Bandung dan tempat-tempat lainnya.
6.  Seem R. Canggu sebagai utusan khusus Peniakan Dalom Beliau bersama Raja dan Sultan Nusantara menghadiri peresmian Istana Tunggang Bosar Kesultanan Dasa Nawalu Tapanuli Bahagian Selatan. (Juni 2008)
7.  Dalom Putri Regina sebagai utusan termuda dari Kerajaan Nusantara yang diterima oleh Presiden Republik Indonesia Bapak SBY di Istana Negara. (2010)
8.  Menghadiri perhelatan adat di Kerajaan Kutai Mulawarman dan Kutai Kartanegara Kalimantan Timur serta Kerajaan Mampawah Kalimantan Barat.
9.   Menghadiri penobatan Sultan Kesepuhan Cirebon Jawa Barat (2010)
10. Mengikuti Festival Keraton Nusantara di Palembang dan Arak-arakan Agung Kerajaan Paksi Pak Sekala Brak dianugerahi sebagai Penampil terbaik. (2010)

Pada berbagai kesempatan bertemu dengan para Raja dan Sultan se-Nusantara, Peniakan Dalom Beliau Pangeran Edward Syah Pernong selalu mengatakan bahwa  Beliau hanyalah salah satu dari empat Sultan di Paksi Pak Sekala Brak yang derajatnya sama tidak ada yang lebih antara satu dengan yang lainnya. 
Semoga ruh agung Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak akan senantiasa menambah keindahan Pelangi Nusantara (SRC)

*) Iyukh sumbai : bantuan untuk mendukung perhelatan adat atau pada saat tertimpa musibah.
**) Adok dan Tutur jadi kehangguman : Gelar dan panggilan menjadi kebanggaan