Rabu, 25 Juli 2012

KEMUAKHIAN WAY HANDAK


KEMUAKHIAN WAY HANDAK
Oleh : Seem R. Canggu, SE; MM.

Ramadhan merupakan persiapan hari depan, karena bulan Ramadhan diciptakan Allah khusus bagi Umat Nabi Muhammad SAW. dengan segala fasilitasnya, dimana setiap detak jantung kita, setiap aliran darah diganjari oleh Allah pahala yang berlipat ganda, karena itu tentu saja kita berharap silaturrahmi yang kita laksanakan diawal ramadhan ini akan bernilai ibadah disisi Allah SWT. demikian Saibatin Peniakan Dalom Beliau (SPDB) Drs.Pangeran Edward Syah Pernong, SH;MH. mengawali pertemuan kami dengan Batin Jaksa, Karya Niti Zaman dan Temenggung Singa Brata di Restoran Bale Rasa Cibubur Sabtu, 21 Juli 2012.
 
Dari kiri kekanan : Batin Jaksa, Karya Niti Zaman, Drs.Pangeran Edward Syah Pernong,SH.MH. gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-XXIII dan Temenggung Singa Brata

Hari itu jum’at tanggal 20 Juli 2012, telepon genggam saya berdering, sekilas saya lihat ENGKUS ajd memanggil, maphumlah saya bahwa akan ada titah dari Saibatin Peniakan Dalom Beliau (SPDB) Drs.Pangeran Edward Syah Pernong,SH;MH. gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-XXIII. Dugaan saya tidak meleset karena Bripda Engkus sang Ajudan SPDB meminta saya mendampingi rombongan Temenggung Singa Brata dari Kalianda bersilaturrahmi dengan SPDB di Gedung Dalom Jakarta.

Saya segera berkoordinasi dengan Temenggung Singa Brata melalaui telepon tentang rencana keberangkatan ke Jakarta, kami sepakati bahwa saya akan berangkat dari Bandar Lampung ba’da sholat subuh dan bertemu dengan mereka di Rumah Makan Siang Malam Kalianda.
Sepulangnya saya dari Kantor, santai bersama istri tercinta diruang tengah sambil membicarakan rencana ke Jakarta, masuk sms dari adinda Darudin Humas Badan Rumah Tangga (BRT) Gedung Dalom di Bandar Lampung memberitahukan bahwa telah berpulang ke Rahmatullah Atin Albizar Sanusi Gelar Depati Cakra Negara Kepala Jukkuan Kagungan Dalom Kepaksian Pernong dan jenazah masih di RS Advent demikian bunyi sms adinda Darudin. Saya bergegas menuju Rumah Sakit dan dalam perjalanan saya telepon Engkus memberitahu berita duka tersebut sekaligus mohon arahan tentang rencana ke Jakarta karena saya yakin SPDB akan pulang ke Lampung.
Drs.Pangeran Edward Syah Pernong SH.MH. memperhatikan Badik Pusaka Karya Niti Zaman

Tidak lama saya di Rumah Sakit, jenazahpun dibawa pulang ke rumah duka di Lebak Budi, kami Sholat maghrib di Lebak Budi, selesai shalat saya langsung pulang karena akan tarawih malam pertama. Sepulang dari masjid saya menghubungi SPDB namun nada HP Beliau sibuk, tidak lama berselang SPDB menghubungi saya memberitahu bahwa Beliau akan ke Lampung untuk menghadiri pemakaman Depati Cakra Negara, Seem besok saya akan ke Lampung dengan pesawat Garuda pertama dan kembali dengan Garuda terakhir, Seem dengan Temenggung Singa Brata dan kawan-kawan tetap ke Jakarta mampir di Gedung Dalom istirahat dan mandi kemudian kita bertemu buka puasa di Cibubur, demikian arahan SPDB, saya menjawab “sikindua Peniakan Dalom Beliau”
Karya Niti Zaman menceritakan sesuatu dengan Saibatin Peniakan Dalom Beliau

Ba’da sholat subuh saya berangkat menuju Jakarta, dalam perjalanan Temenggung Singa Brata memberitahu bahwa mereka menunggu di RM Taniran Gayam, kendaraan melaju dengan kecepatan sedang, saya pegang stir sendirian ditemani dengan senandung Ebiet G. Ade dari music player Avanza BE.2695 BH. Tanpa terasa saya tiba RM Taniran Gayam dan telah menunggu disana Temenggug Singa Brata, Batin Jaksa dan Karya Niti Zaman, kami berkenalan dan berbasa-basi ala kadarnya kemudian melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan laut Bakuheni, dalam perjalanan menuju pelabuhan, Karya Niti Zaman menanyakan sejarah Sekala Brak dan sayapun menceritakan secara garis besar saja karena kami telah tiba di pelabuhan, Avanza memasuki mulut kapal, kamipun naik keatas dan duduk dikelas Bisnis saling bercerita tentang sejarah dan dengan cara tersendiri saya memberi sedikit arahan tentang tata karma menghadap SPDB sambil nonton film yang disajikan di Kapal, pelayaran ini cukup melelahkan karena kami naik kapal pukul 08.00 wib dipagi hari baru sandar di pelabuhan Merak Banten pada pukul 14.00 wib, sehingga kami baru sampai di Gedung Dalom Kepaksian Pernong Pondok Labu Jakarta Selatan pada pukul 17.30 wib, segera mandi dan berbuka puasa di Gedung Dalom ditemani sang Putra Mahkota Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Yang Mulia Pangeran Alprinse Syah Pernong.
Batin Jaksa menerima Keris Pusaka Setitik Stabas dari Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-XXIII
Kami shalat maghrib berjamaah di Gedung Dalom, Batin Jaksa bertindak selaku imam, setelah berganti pakaian, saya mengenakan batik sedangkan Temenggung Singa Brata, Batin jaksa dan Karya Niti Zaman mengenakan pakaian adat, kami mengiringi Yang Mulia Peniakan Ratu dan Yang Mulia Pangeran Alprinse Syah Pernong menuju Restoran Bale Rasa Cibubur, sementara Paduka Yang Mulia SPDB dalam perjalanan dari Lampung dengan tujuan yang sama. Pada saat kami sedang santap malam dengan menu beraneka ragam yang semuanya enak, Paduka Yang Mulia SPDB pun tiba dan bergabung bersama kami makan malam dengan nikmatnya, Maha Besar Allah yang telah mempertemukan kami. 

Seusai makan malam sambil santai Paduka Yang Mulia SPDB menyampaikan sambutan, dan mengawali sambutannya SPDB dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam kepada Junjungan Nabi Muhammad SAW, beliau menyampaikan rasa bangganya atas kehadiran kerabat dari Kalianda yang datang dengan pakaian adat, sungguh merupakan surprise bagi SPDB, beliau mendo’akan semoga pertemuan silaturrahmi ini akan mendapat ridha Allah serta akan terus berlanjut, karena pada zaman dahulu silaturrahmi ini terjalin baik oleh orang tua dan nenek moyang kita dan pada hari ini kita sambung kembali, ujar SPDB. Lebih-lebih silaturrahmi pada bulan ramadhan, karena Ramadhan merupakan persiapan hari depan, bulan Ramadhan diciptakan Allah khusus bagi Umat Nabi Muhammad SAW. dengan segala fasilitasnya, dimana setiap detak jantung kita, setiap aliran darah diganjari oleh Allah pahala yang berlipat ganda. Kita sempat terputus oleh jarak terpisah oleh waktu namun batin tetap menyatu, demikian SPDB.
Temenggung Singa Brata menerima Keris Pusaka Tantaian Stabas dari Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-XXIII
Mempertahankan adat tidaklah mudah, sambung SPDB perlu komitment dan pengorbanan, korban waktu, tenaga dan pikiran bahkan biaya, hari ini saya melihat bahwa Saudara saya dari kalianda telah menunjukkan komitment dan pengorbanan tersebut, karena itu saya optimis adat Saibatin di Kalianda akan tetap terjaga, sesungguhnya menjaga adat adalah bagian dari Sunnah Rasul, karena didalam adat ada Silaturrahmi, didalam adat ada kebersamaan, di dalam adat ada tata karma dan moral.

Selesai SPDB memberikan sambutan, Karya Niti Zaman menanggapi dengan menyampaikan ucapan terimakasih atas perkenan SPDB meluangkan waktu menerima mereka, kami sangat bersyukur dan bangga dapat bertatap muka dengan SPDB yang bukan sekedar Raja Marga tetapi Raja Sekala Brak yang merupakan asal usul suku bangsa Lampung, sekaligus menyampaikan salam hormat dan salam “kemuakhian” serta “kilu angkon” dari lima Sai Batin Marga di Kalianda yaitu :
1.      Marga Ratu (bitting) Pangeran Cahaya Marga
2. Marga Dantaran (penengahan) Pangeran Naga Bringsang
3.      Marga Legun (kesugihan) Pangeran Tihang Marga
4.    Marga Rajabasa (pesisir) Pangeran Penyimbang Agung
5.      Marga Ketibung (tanjungan) Pangeran Sampuna Jaya
Kamipun meninggalkan Restoran Bale Rasa kembali ke Gedung Dalom, sementara yang lain bercengkerama di teras belakang, saya masuk kamar menunaikan shalat Isya dan Tarawih.
Setelah saya bergabung di teras belakang, tidak lama kemudian SPDB ikut bergabung dengan membawa blackberry bold untuk diserahkan kepada Karya Niti Zaman, betapa beruntungnya Karya Niti Zaman yang mendapat hadiah langsung dari SPDB. Selanjutnya SPDB melihat dengan seksama pusaka yang dibawa oleh Temenggung Singa Brata berupa Pedang Singa Brata dan Badik serta pusaka yang dibawa Karya Niti Zaman.

Ternyata keberuntung tidak berhenti sampai disitu, Sebagai wujud dari rasa bahagia SPDB atas kehadiran kerabat-kerabat dari Kalianda, SPDB menganugerahkan pusaka Gedung Dalom Kepaksian Pernong yang telah berusia lebih dari 800 tahun berupa keris dengan rincian sebagai berikut :
1.  Keris Batu Lapak dianugerahkan kepada Karya Niti Zaman
2.      Keris Setitik Stabas dianugerahkan kepada Batin Jaksa
3. Keris Tantaian Stabas dianugerahkan kepada Temenggung Singa Brata
Wanti-wanti SPDB berpesan bahwa Pusaka merupakan tanda kebangsawanan seseorang, SPDB meminta agar Pusaka tidak dimaknai macam-macam apalagi kalau menjurus sirik, namun ada yang bilang bahwa pusaka akan menyatu dengan diri kita apabila kita urus dan pelihara. Selain itu SPDB memberikan paket tanda mata sekaligus sebagai salam “kemuakhian” bagi kelima Sai Batin Marga di Kalianda, tentu saja semuanya itu disambut dengan sukacita.

Jarum jam menunjukkan pukul 02.00 wib dinihari, kami berpamitan meninggalkan Gedung Dalom untuk kembali ke Lampung, kami diantarkan oleh SPDB sampai kami menaiki mobil, betapa rendah hatinya sosok Pangeran yang gagah itu. Kami makan sahur pada pukul 04.00 di RM. Simpang Raya Merak, sholat subuh di mushalla dan kini giliran saya bertindak selaku Imam.
Yang saya tangkap dari cerita Saudara ku bertiga ini selama dalam perjalanan, bahwa semua gerak-gerik SPDB, Peniakan Ratu, Dalom Putri dan Pangeran Alprinse Syah Pernong menjadi perhatian mereka, betapa anggunnya seorang Ratu, ramahnya Dalom Putri, lincahnya Pangeran bahkan tatapan mata SPDB menurut mereka menunjukkan bahwa beliau sosok yang sangat Bijak, SPDB memberikan pelajaran namun tidak menggurui, itulah sekilas kesan mereka.
Berpose dengan Pusaka masing-masing bersama Saibatin Peniakan Dalom Beliau
Awal ramadhan 1433 H yang bertepatan dengan hari Sabtu tanggal 21 Juli 2012 merupakan sejarah tersendiri bagi Saudara ku bertiga ini, mereka bertatap muka langsung dengan SPDB junjungan mereka, bahkan makan malam bersama, lebih dari itu dianugerahi pusaka Kerajaan, betapa indahnya anugerah sang Maha Pencipta gumam mereka.

Perjalanan kami sampai di Kantor LBH Saibathin Kalianda, Batin Jaksa dan Karya Niti Zaman turun disini, sementara saya dan Temenggung Singa Brata melanjutkan perjalanan ke Bandar Lampung. Sesampainya kami di pelabuhan batu bara srengsem HP saya berdering, SPDB menanyakan keberadaan kami, “khadu dipa kutti Seem?” demikian SPDB menyapa, saya jelaskan bahwa Batin Jaksa dan Karya Niti Zaman turun di Kalianda sedangkan saya bersama Temenggung Singa Brata melanjutkan ke Bandar Lampung dan baru saja masuk Kota Bandar Lampung, beliaupun berpesan agar hati-hati dan salam untuk Temenggung Singa Brata.
Mendengar itu Temenggung Singa Brata berkata : kita dimonitor terus, luar biasa…

Itulah sekilas tentang perjalanan diawal Ramadhan 1433 H, untuk merintis kembali “Kemuakhian dengan kerabat di Way handak” yang sempat terputus oleh jarak terpisah oleh waktu namun batin tetap menyatu. (istilah SPDB)
                                                                                 Kita nantikan episode selanjutnya. semoga ...

Minggu, 29 April 2012

MENARA SIGER icon LAMPUNG

MENARA SIGER icon LAMPUNG
Oleh : Seem R. Canggu   Pemimpin Umum Majalah Solusi


Bangunan nan megah berwarna kuning keemasan berdiri kokoh menghadap pelabuhan laut Bakauheni Kabupaten Lampung Selatan, bangunan dengan ornament nan menawan berbentuk SIGER dibangun di atas bebukitan di gerbang masuk pulau Sumatera itu memberi makna tersendiri bagi identitas Provinsi Lampung sekaligus sebagai titik berangkat bangkitnya dunia kepariwisataan di daerah ini.

 

Adalah Gubernur Lampung Drs.Sjachroedin ZP,SH. yang berinisiatif membangun menara Siger, diawal rencana pembangunannya diwarnai dengan pro kontra dikalangan masyarakat, khususnya para politisi, namun sang Gubernur maju terus untuk mewujudkan impiannya mendirikan menara yang monumental itu.
Pembangunan menara siger ini dimulai tahun 2004, yang menurut sebuah sumber menelan biaya kisaran 7,2 milyar, kehadiran menara Siger menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Lampung, bila Palembang dikenal dengan jembatan Ampera, Padang dikenal dengan Jam Gadang, Stasiun Tugu di Jogyakarta dan Monas di Ibu Kota Negara, maka kini dan yang akan datang Lampung dikenal dengan Menara Siger.

Peresmian Menara Siger beberapa tahun lalu dilakukan dalam rangkaian Festival Krakatau yang dihadiri oleh tidak kurang dari 32  duta besar Negara sahabat, ini salah satu kepiawaian seorang Sjachroedin, karena kehadiran para Duta Besar Negara sahabat tersebut sudah barang tentu membuat menara Siger semakin cepat mendunia, menurut penulis hal ini sejalan dengan falsafah masyarakat Lampung “Nengah Nyappur”

Memahami makna SIGER.
Siger merupakan mahkota keagungan adat budaya dan tingkat kehidupan terhormat. Dalam budaya Lampung, Siger selalu dikenakan oleh pengantin Perempuan, dengan demikian Siger identik dengan simbolisasi sifat feminin.

Dalam tatanan kehidupan masyarakat Lampung, disamping sifatnya yang feminin, Perempuan juga dituntut untuk kerja cerdas, gigih dan mandiri mengingat peran Perempuan  yang begitu penting dalam rumah tangga sekaligus sebagai inspirator dan motivator bagi kesuksesan pasangan hidup dan putra putrinya, bahkan dalam masyarakat adat “Saibatin”  walaupun Lampung menganut garis Ayah, namun Perempuan harus menyiapkan diri untuk tampil memimpin apabila pasangan hidupnya berhalangan.

Menara Siger yang identik dengan sifat Feminin dijadikan sebagai icon Lampung, sudah sepatutnya bila konsep keramah tamahan yang dalam prinsip masyarakat Lampung disebut “Nemui Nyimah” menjadi konsep dasar dalam pengembangan pariwisata dan perekonomian, dalam konteks ini keramahan terhadap para wisatawan manca Negara dan kemudahan terhadap para investor yang secara langsung akan membantu tumbuhnya perekonomian daerah dan berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat Lampung.


Design MENARA SIGER.
Masyarakat adat Lampung menganut dua sistem adat yaitu “SAIBATIN” dan “PEPADUN” namun tidak berarti bahwa masyarakat Lampung terbagi menjadi dua bagian, masyarakat adat Lampung tetap satu dan sama-sama mengagungkan simbol-simbol, hanya dalam memperoleh keagungan tersebut dilakukan dengan cara yang berbeda yaitu dengan cara “Kesaibatinan” dan “Kepenyimbangan”
Siger masyarakat adat “Saibatin” terdiri dari tujuh lekuk gerigi sedangkan pada masyarakat adat “Pepadun” terdiri dari Sembilan lekuk gerigi. Uniknya bangunan menara siger merupakan kombinasi dari siger “Saibatin” dan “Pepadun”
Menara Siger kalau dilihat dari kejauhan dari tengah selat Sunda, maka akan tampak laksana Siger “Saibatin” karena yang kelihatan jelas menjulang tujuh lekuk gerigi, namun ketika mendekat ke pelabuhan laut Bakauheni akan tampak jelas seperti Siger “Pepadun”, karena dari jarak dekat baru kelihatan jelas Sembilan lekuk gerigi, nampaknya arsitektur Menara Siger memang disesuaikan untuk mengakomodir kedua bentuk Siger tersebut.

Penggunaan nama SIGER.
PT.Bank Lampung dengan statementnya sebagai Banknya Masyarakat Lampung, juga menggunakan nama SIGER yaitu SIGER MAS sebagai salah satu nama produk  andalannya, dalam hal ini SIGER MAS merupakan singkatan dari Simpanan generasi masa depan sejahtera, produk ini dirancang dengan segala kelebihan dan kemudahannya, pembukaan tabungannya mudah, on line disemua kantor operasional Bank Lampung dan didukung oleh 31 ribu lebih ATM Bersama yang tersebar diseluruh Indonesia, bahkan kini Bank Lampung telah menyediakan mobil ATM guna memanjakan relasinya serta menyediakan hadiah istimewa yang diundi setiap tahun, tentu saja kesempatan memenangkan hadiahnya relative lebih besar, karena undian dilakukan secara lokal mengingat tabungan ini hanya dimiliki oleh Bank Lampung. (SRC)

Catatan : Tulisan ini dimuat pada majalah SOLUSI edisi ke-5 April 2012.