KEMUAKHIAN WAY HANDAK
Oleh
: Seem R. Canggu, SE; MM.
Ramadhan merupakan persiapan hari
depan, karena bulan Ramadhan diciptakan Allah khusus bagi Umat Nabi Muhammad
SAW. dengan segala fasilitasnya, dimana setiap detak jantung kita, setiap
aliran darah diganjari oleh Allah pahala yang berlipat ganda, karena itu tentu
saja kita berharap silaturrahmi yang kita laksanakan diawal ramadhan ini akan
bernilai ibadah disisi Allah SWT. demikian Saibatin Peniakan Dalom Beliau
(SPDB) Drs.Pangeran Edward Syah Pernong, SH;MH. mengawali pertemuan kami dengan
Batin Jaksa, Karya Niti Zaman dan Temenggung Singa Brata di Restoran Bale Rasa
Cibubur Sabtu, 21 Juli 2012.
Dari kiri kekanan : Batin Jaksa, Karya Niti Zaman, Drs.Pangeran Edward Syah Pernong,SH.MH. gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-XXIII dan Temenggung Singa Brata |
Hari itu jum’at tanggal 20 Juli 2012, telepon genggam saya berdering, sekilas saya lihat ENGKUS ajd memanggil, maphumlah saya bahwa akan ada titah dari Saibatin Peniakan Dalom Beliau (SPDB) Drs.Pangeran Edward Syah Pernong,SH;MH. gelar Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-XXIII. Dugaan saya tidak meleset karena Bripda Engkus sang Ajudan SPDB meminta saya mendampingi rombongan Temenggung Singa Brata dari Kalianda bersilaturrahmi dengan SPDB di Gedung Dalom Jakarta.
Saya segera berkoordinasi dengan Temenggung Singa Brata
melalaui telepon tentang rencana keberangkatan ke Jakarta, kami sepakati bahwa
saya akan berangkat dari Bandar Lampung ba’da sholat subuh dan bertemu dengan
mereka di Rumah Makan Siang Malam Kalianda.
Sepulangnya saya dari Kantor, santai bersama istri tercinta
diruang tengah sambil membicarakan rencana ke Jakarta, masuk sms dari adinda
Darudin Humas Badan Rumah Tangga (BRT) Gedung Dalom di Bandar Lampung
memberitahukan bahwa telah berpulang ke Rahmatullah Atin Albizar Sanusi Gelar
Depati Cakra Negara Kepala Jukkuan Kagungan Dalom Kepaksian Pernong dan jenazah
masih di RS Advent demikian bunyi sms adinda Darudin. Saya bergegas menuju
Rumah Sakit dan dalam perjalanan saya telepon Engkus memberitahu berita duka
tersebut sekaligus mohon arahan tentang rencana ke Jakarta karena saya yakin
SPDB akan pulang ke Lampung.
Drs.Pangeran Edward Syah Pernong SH.MH. memperhatikan Badik Pusaka Karya Niti Zaman |
Tidak lama saya di Rumah Sakit, jenazahpun dibawa pulang ke
rumah duka di Lebak Budi, kami Sholat maghrib di Lebak Budi, selesai shalat
saya langsung pulang karena akan tarawih malam pertama. Sepulang dari masjid
saya menghubungi SPDB namun nada HP Beliau sibuk, tidak lama berselang SPDB
menghubungi saya memberitahu bahwa Beliau akan ke Lampung untuk menghadiri
pemakaman Depati Cakra Negara, Seem besok saya akan ke Lampung dengan pesawat
Garuda pertama dan kembali dengan Garuda terakhir, Seem dengan Temenggung Singa
Brata dan kawan-kawan tetap ke Jakarta mampir di Gedung Dalom istirahat dan
mandi kemudian kita bertemu buka puasa di Cibubur, demikian arahan SPDB, saya
menjawab “sikindua Peniakan Dalom Beliau”
Karya Niti Zaman menceritakan sesuatu dengan Saibatin Peniakan Dalom Beliau |
Batin Jaksa menerima Keris Pusaka Setitik Stabas dari Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-XXIII |
Kami shalat maghrib berjamaah di Gedung Dalom, Batin Jaksa
bertindak selaku imam, setelah berganti pakaian, saya mengenakan batik
sedangkan Temenggung Singa Brata, Batin jaksa dan Karya Niti Zaman mengenakan
pakaian adat, kami mengiringi Yang Mulia Peniakan Ratu dan Yang Mulia Pangeran
Alprinse Syah Pernong menuju Restoran Bale Rasa Cibubur, sementara Paduka Yang
Mulia SPDB dalam perjalanan dari Lampung dengan tujuan yang sama. Pada saat
kami sedang santap malam dengan menu beraneka ragam yang semuanya enak, Paduka
Yang Mulia SPDB pun tiba dan bergabung bersama kami makan malam dengan
nikmatnya, Maha Besar Allah yang telah mempertemukan kami.
Seusai makan malam
sambil santai Paduka Yang Mulia SPDB menyampaikan sambutan, dan mengawali
sambutannya SPDB dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT serta shalawat dan
salam kepada Junjungan Nabi Muhammad SAW, beliau menyampaikan rasa bangganya
atas kehadiran kerabat dari Kalianda yang datang dengan pakaian adat, sungguh
merupakan surprise bagi SPDB, beliau mendo’akan semoga pertemuan silaturrahmi
ini akan mendapat ridha Allah serta akan terus berlanjut, karena pada zaman
dahulu silaturrahmi ini terjalin baik oleh orang tua dan nenek moyang kita dan
pada hari ini kita sambung kembali, ujar SPDB. Lebih-lebih silaturrahmi pada
bulan ramadhan, karena Ramadhan merupakan persiapan hari depan, bulan Ramadhan
diciptakan Allah khusus bagi Umat Nabi Muhammad SAW. dengan segala
fasilitasnya, dimana setiap detak jantung kita, setiap aliran darah diganjari
oleh Allah pahala yang berlipat ganda. Kita sempat terputus oleh jarak terpisah
oleh waktu namun batin tetap menyatu, demikian SPDB.
Temenggung Singa Brata menerima Keris Pusaka Tantaian Stabas dari Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke-XXIII |
Mempertahankan adat tidaklah mudah, sambung SPDB perlu
komitment dan pengorbanan, korban waktu, tenaga dan pikiran bahkan biaya, hari
ini saya melihat bahwa Saudara saya dari kalianda telah menunjukkan komitment
dan pengorbanan tersebut, karena itu saya optimis adat Saibatin di Kalianda
akan tetap terjaga, sesungguhnya menjaga adat adalah bagian dari Sunnah Rasul,
karena didalam adat ada Silaturrahmi, didalam adat ada kebersamaan, di dalam
adat ada tata karma dan moral.
Selesai SPDB memberikan sambutan, Karya Niti Zaman menanggapi
dengan menyampaikan ucapan terimakasih atas perkenan SPDB meluangkan waktu
menerima mereka, kami sangat bersyukur dan bangga dapat bertatap muka dengan
SPDB yang bukan sekedar Raja Marga tetapi Raja Sekala Brak yang merupakan asal
usul suku bangsa Lampung, sekaligus menyampaikan salam hormat dan salam
“kemuakhian” serta “kilu angkon” dari lima Sai Batin Marga di Kalianda yaitu :
1. Marga Ratu (bitting) Pangeran Cahaya
Marga
2. Marga Dantaran (penengahan) Pangeran
Naga Bringsang
3. Marga Legun (kesugihan) Pangeran
Tihang Marga
4. Marga Rajabasa (pesisir) Pangeran
Penyimbang Agung
5. Marga Ketibung (tanjungan) Pangeran
Sampuna Jaya
Kamipun meninggalkan Restoran Bale Rasa kembali ke Gedung
Dalom, sementara yang lain bercengkerama di teras belakang, saya masuk kamar
menunaikan shalat Isya dan Tarawih.
Setelah saya bergabung di teras belakang, tidak lama kemudian
SPDB ikut bergabung dengan membawa blackberry bold untuk diserahkan kepada
Karya Niti Zaman, betapa beruntungnya Karya Niti Zaman yang mendapat hadiah
langsung dari SPDB. Selanjutnya SPDB melihat dengan seksama pusaka yang dibawa
oleh Temenggung Singa Brata berupa Pedang Singa Brata dan Badik serta pusaka
yang dibawa Karya Niti Zaman.
Ternyata keberuntung tidak berhenti sampai disitu, Sebagai
wujud dari rasa bahagia SPDB atas kehadiran kerabat-kerabat dari Kalianda, SPDB
menganugerahkan pusaka Gedung Dalom Kepaksian Pernong yang telah berusia lebih
dari 800 tahun berupa keris dengan rincian sebagai berikut :
1. Keris Batu Lapak dianugerahkan kepada
Karya Niti Zaman
2. Keris Setitik Stabas dianugerahkan
kepada Batin Jaksa
3. Keris Tantaian Stabas dianugerahkan
kepada Temenggung Singa Brata
Wanti-wanti SPDB berpesan bahwa Pusaka merupakan tanda
kebangsawanan seseorang, SPDB meminta agar Pusaka tidak dimaknai macam-macam
apalagi kalau menjurus sirik, namun ada yang bilang bahwa pusaka akan menyatu
dengan diri kita apabila kita urus dan pelihara. Selain itu SPDB memberikan paket
tanda mata sekaligus sebagai salam “kemuakhian” bagi kelima Sai Batin Marga di
Kalianda, tentu saja semuanya itu disambut dengan sukacita.
Jarum jam menunjukkan pukul 02.00 wib dinihari,
kami berpamitan meninggalkan Gedung Dalom untuk kembali ke Lampung, kami
diantarkan oleh SPDB sampai kami menaiki mobil, betapa rendah hatinya sosok
Pangeran yang gagah itu. Kami makan sahur pada pukul 04.00 di RM.
Simpang Raya Merak, sholat subuh di mushalla dan kini giliran saya bertindak
selaku Imam.
Yang saya tangkap dari cerita Saudara ku bertiga ini selama
dalam perjalanan, bahwa semua gerak-gerik SPDB, Peniakan Ratu, Dalom Putri dan
Pangeran Alprinse Syah Pernong menjadi perhatian mereka, betapa anggunnya
seorang Ratu, ramahnya Dalom Putri, lincahnya Pangeran bahkan tatapan mata SPDB
menurut mereka menunjukkan bahwa beliau sosok yang sangat Bijak, SPDB
memberikan pelajaran namun tidak menggurui, itulah sekilas kesan mereka.
Berpose dengan Pusaka masing-masing bersama Saibatin Peniakan Dalom Beliau |
Awal ramadhan 1433 H yang bertepatan dengan hari Sabtu
tanggal 21 Juli 2012 merupakan sejarah tersendiri bagi Saudara ku bertiga ini,
mereka bertatap muka langsung dengan SPDB junjungan mereka, bahkan makan malam
bersama, lebih dari itu dianugerahi pusaka Kerajaan, betapa indahnya anugerah
sang Maha Pencipta gumam mereka.
Perjalanan kami sampai di Kantor LBH Saibathin Kalianda,
Batin Jaksa dan Karya Niti Zaman turun disini, sementara saya dan Temenggung
Singa Brata melanjutkan perjalanan ke Bandar Lampung. Sesampainya kami di
pelabuhan batu bara srengsem HP saya berdering, SPDB menanyakan keberadaan
kami, “khadu dipa kutti Seem?” demikian SPDB menyapa, saya jelaskan bahwa Batin
Jaksa dan Karya Niti Zaman turun di Kalianda sedangkan saya bersama Temenggung
Singa Brata melanjutkan ke Bandar Lampung dan baru saja masuk Kota Bandar
Lampung, beliaupun berpesan agar hati-hati dan salam untuk Temenggung Singa
Brata.
Mendengar itu Temenggung Singa Brata berkata : kita dimonitor
terus, luar biasa…
Itulah sekilas tentang perjalanan diawal Ramadhan 1433 H,
untuk merintis kembali “Kemuakhian dengan kerabat di Way handak” yang sempat
terputus oleh jarak terpisah oleh waktu namun batin tetap menyatu. (istilah
SPDB)
Kita nantikan episode selanjutnya. semoga ...
sayang banget pas resepsi kakandaku kemarin pun pangeran ga bisa dateng,tp untung diwakili sama kaka ratu..alhamduillah :-)
BalasHapus