BERJUMPA
MALAIKAT
Oleh : Beni Haryanto
cerita ini sangat baik sehingga wajib di baca (Red)
Sudah menjadi pemandangan sehari-hari
jika naik angkutan umum, kita akan di suguhi bermacam-macam gaya dan tingkah
para pengamen. Pedagang asongan tak mau ketinggalan seperti prajurit
ketinggalan perang menjajakan barang dagangannya, melantunkan suara-suara
usang, memotong mimpi-mimpi yang terlampau panjang bagi para penumpang yang
datang ke kota yang katanya tidak pernah lengang. Mereka dengan suara khas
berkoar "kue kue, minuman dingin-minuman dingin atau koran-koran"
yang makin akrab di telinga. Bus jurusan Merak-Tanjung Priuk yang saya tumpangi
sudah keluar tol dan dari jendela sebelah kanan nampak kampus UNTAR
dan TRISAKTI berdiri kokoh mengingatkan aku tentang tragedi berdarah
tahun 1998.
Matahari sudah meninggi, sinarnya
masuk menyapa ku pagi itu dan menyapa hiruk pikuk bisingnya Ibukota. Penumpang
dan pengamen jalanan sudah naik turun saling berebutan, ada yang ngamen modal
bacot doang. Sebenarnya sih sudah dongkol melihat mereka, karena uang receh sudah habis diberikan dengan pengamen yang naik sebelumnya. Justru yang modal bacot
itu sepertinya sudah tahu kalau para penumpang sudah letih melihat mereka. "Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.. dan Salam sejahtera buat kita semua. Seperti biasa
kami pengamen Ibu kota menyapa kalian semua" dan seterusnya ceramah
pengamen itu di depan sana sambil pegangan di gantungan bus. Ujung-ujungnya
"kami tidak butuh keangkuhan dan kesombongan kalian". dan
minta duit kusambung spontan dalam hati. Kupikir-pikir tidak ada salahnya
memberi lagi, toh aku sekali-sekali naik bus. Dengan uang sedikit lebih karena
uang receh habis ku sodorkan ikhlas gak ikhlas. Aku memberi bukan karena tampang
mereka yang preman, tapi lebih menghargai seni bahasa mereka yang memukau. Seperti
kata pengamen tadi semoga Tuhan mengganti rizki yang lebih banyak lagi jika
bersedekah. Heheee.. ngarepnya.
Sebelum bus memasuki gerbang tol jurusan Tanjung Priuk, naik gadis kecil umur 10 tahunan
membawa speaker berikut mikroponnya. Memang lajunya bus agak tersendat, di samping karena
memang jalanan macet yang entah kapan kemacetan akan hilang dari jakarta, juga kenek bus yang tidak henti-hentinya berteriak
"Priuk.. Priuk...Priuk..." mencari penumpang bersaing
dengan bus yang lain. Gadis kecil itu tak luput dari perhatian ku, penampilannya yang lusuh, imut
dan tenang namun agak sempoyongan dia berjalan mengimbangi bus yang terus melaju. Sangat prihatin sekali, jika saudara ku seperti itu,
tak akan aku relakan mencari nafkah seperti ini. Ya sama saja dengan pengamen
serang dan tangerang sebelumnya, dia mohon maaf mengganggu ketenangan para
penumpang atas kehadirannya dan saya akan membawakan lagu dari grup Band yang
lagi naik daun katanya kekanak-kanakan. masih sebegitu kecilnya sigadis sudah berjuang
mencari rizki sendiri, mana ibu dan bapaknya, sekolah apa tidak, aku membatin
iba. dan lamunan ku buyar setelah mendengar suara speaker yang dia bawa, musiknya tidak asing lagi karena sudah sering aku dengar.
Semuanya telah kuberi.
Dengan kesungguhan hati untukmu.
Hanya untukmu.
Tak perlu kau tanya lagi.
Siapa pemilik hati ini kau tau.
Pasti untukmu.
Tolong liat aku, dan jawab
pertanyaanku.
Mau di bawa kemana hubungan kita.
Lagunya bagus atau memang suara gadis
kecil itu yang menyayat jantung, lagu Armada yang berjudul
"Mau di bawa kemana" sangat berbeda
dengan yang di bawakan vokalis Armada itu sendiri, seakan-akan merintih dia
bertanya "Mau di bawa kemana hubungan kita".
Semua terpana, semua termangu, tak terkecuali kenek bus itu sendiri terdiam
mendengar alunan merdu pilu sigadis. Sangat mendukung suara emas dengan
penghayatan air mukanya. saat dia melantunkan bait "Tolong
liat aku, dan jawab pertanyaanku.." begitu dalam dan begitu
berpengaruh seolah dia meratapi mengapa nasibnya begitu. Saya yang memilih duduk
di bangku belakang cuma bisa menatap nanar. Lirik lagu itu seperti berubah
makna, tidak menggambarkan masalah percintaan remaja, justru seperti anak
mengadu kepada Ibunya minta tanggung jawab kasih sayangnya yang terenggut oleh
kejamnya Ibukota. terasa begitu singkat alunan lagu yang di bawakan gadis itu
selesai jua. Setelah musiknya berhenti langsung saja dia menjulurkan tangannya
kekanan kiri minta belas kasihan para penumpang. tidak ada plastik permen di
tangan, hanya dengan tangan telanjang saja dia meminta. Sudah separuh dari penumpang bus
itu yang dia minta cuma mendapatkan uang koin beberapa keping. Saya sendiri
mengharapkan semoga dia bisa mendapatkan imbalan lebih, karena kasihan tanpa
pikir panjang saya langsung mengeluarkan uang dari dompet dan saya lipat kecil biar tidak
terlalu ketara, saya perhitungkan cukup buat dia makan sekali atau dua kali.
Pintu tol sudah makin nampak dan gadis kecil itu sudah makin dekat pada ku dan
tanpa lelah dia tengadahkan tangannya di depan para penumpang.
Belum saja gadis imut itu sampai
kepada ku, dari pintu belakang naik ibu-ibu berpakaian muslimah separuh baya
membawa map plastik, masih sempat aku baca tulisan di map itu, SANTUNAN
UNTUK ANAK-ANAK YATIM. Waduh kapan selesainya aku pikir yang meminta
santunan di negri ini, aku sudah merasa sangat terganggu karena tidak kunjung
habis yang naik. Untuk penumpang terahir yang akan di minta gadis itu adalah
saya sendiri, berhimpitan dengan perempuan separuh baya tadi dia menghampiri ku,
dan langsung aku masukkan lipatan uang itu kedalam genggamannya. Setelah gadis
mungil itu dapat uang dari ku, dia langsung membalikkan badannya dan berseru
"Ibuu.. Tunggu" katanya memanggil perempuan yang baru naik
tadi. tergopoh gopoh dia menghampiri ibu separuh baya itu dan sedikit bingung
disertai wajah kecapean dia menghitung helaian uang yang ada di genggamannya. mau ngapain ini anak aku membatin. Hampir seluruh uang yang di tangannya jelas
aku lihat di masukkannya di dalam map plastik si-ibu. sehingga
yang tersisa di genggamannya tinggal beberapa keping koin. Kaget dan seakan tak percaya
ibu tadi dapat sumbangan begitu cepat, apa lagi dari anak seperti dia yang
mungkin ketemu nasi siang dan sorenya tidak menentu, Sungguh sesuatu yang mustahil jika tidak
di saksikan sendiri. Ibu tadi bilang "makasih ya nak"
katanya terbata sambil ngusap rambut sigadis dan hendak mencium pipinya tetapi nihil
karena belum sempat dicium gadis itu sudah berbalik dan melompat
turun dari bus yang kebetulan sedang berhenti.
Beni Haryanto |
Aku tercengang dan dada ku terasa
sesak menahan haru menyaksikan kejadian yang begitu dramatis di depan mata.
Pemandangan apa lagi Ya Allah yang mau Kau perlihatkan kepadaku. Seakan tak
sadar aku berdiri mengintip kemana larinya gadis kecil itu untuk terahir kalinya. tak keburu karena tubuhnya sudah lenyap di sela-sela mobil motor yang berdesak
desakan. Ingin rasanya aku mengejarnya dan menangis karena kepolosan dan ketulusannya
mencambuk sanubari. Rasa bersalah akan angkuh dan sombong begitu mendera
batinku. betapa jiwa ini di kangkangi nafsu tamak tak pernah merasa cukup akan
harta, dan tidak bersyukur kepada Tuhan. Bus makin menjauh meninggalkan tempat
gadis itu turun karena sudah masuk tol jembatan layang menuju Tanjung Priuk. Begitu
yakinkah gadis itu akan rizkinya hari ini sehingga hampir seluruhnya
pendapatannya dia infakkan. Dengan tubuh gemetar aku tertunduk, lindungi anak itu Ya
Tuhan pintaku dalam do'a. Sedangkan apa yang di sampaikan perempuan separuh
baya di depan sana tak kuindahkan lagi. Begitu nyata ku bayangkan tangan mungil si
gadis memasukkan uang kedalam map plastik punya perempuan tadi. sebenarnya ibu
tadi berusaha menolak, tapi karena begitu cepat akhirnya si Ibu cuma bisa bengong.
Tiba tiba aku dikejutkan sebuah suara "maaf ya mas" dan aku
mendongak mencari asal suara ternyata perempuan separuh baya tadi menyodorkan
sebuah amplop, dan langsung ku terima tanpa basa basi, amplop itu ditempeli potongan
kertas poto kopian yang ada tulisan arab berikut artinya. Dengan mata berkaca-kaca ku baca arti dari ayat tersebut. Sungguh sebagian rizki ku adalah hak anak-anak yatim hati kecilku bicara, dan jauh sebelum aku paham gadis kecil itu
sudah lebih dahulu mengerti makna dari ayat tersebut.
Itulah kisah sekitar 2 tahun yang lalu
dikala aku masih bertualang di ranah Banten. terkadang orang yang dalam pandangan
mata kita hina, justru memiliki hati yang sangat mulia bagaikan Malaikat.
Dengan perantara kisah gadis kecil itu semoga pintu hatiku dan hati kita semua
menghembuskan keikhlasan, lebih terketuk untuk saling berbagi. Jika aku
mendengar lagu Armada yang berjudul "Mau di bawa kemana"
memory itu terkenang kembali, aku terenyuh ingat akan gadis itu, geliat
berjuang hidup anak manusia di tengah himpitan nafas yang terengah-engah. terus
terang aku sendiri tidak bisa menguraikan hikmah dan pelajaran apa yang bisa di
petik di balik cerita ini.
Serang-Jakarta.
buat puakhi BENI, terimakasih sudah menginspirasi.
kilu mahaf sikindua wat penyempurnaan cutik-cutik.(SRC)
right here sex dolls,wolf dildo,male sex dolls,realistic dildo,sex toys,sex toys,wolf dildo,dildos,cheap sex dolls find more info
BalasHapusAku memang terharu dengan apa,, yg terjadi di ibukota.tapi buat aku melihat kejadian,,seperti itu sangat lah wajar karna kita tau betapa berat persaingan hidup di ibu kota sangat lah berbeda.jadi buat ku itu semua buat cermin kehidupan ku..disaat kita sukses kita harus bisa memberi,tatkala kita susah kitaliat masih banyak yg lebih susah,kita harus bisa bangkit dan ber juanguntuk ber tahan hidup,tentunya dengan cara yg halal dan ber doa,karna kita umat yg ber agama,minta kepada tuhanya biar hidup ini trasa ringan dan bertakwa lah dengan ketulusan hati.ttri,s.wasalam.
BalasHapus